Kemenyan Dalam Islam: Bid'ahkah atau Sunnah?

Dalam masyarakat pada umumnya kemenyan itu identik dengan sesuatu yang berbau mistik, bid’ah dan beragam nilai syirik lainnya. Bahkan kemenyan itu sering dihubungkan dengan dunia perdukunan, tenung dan lain sebagainya untuk mendatangkan sang sahabat berupa jin atau syaitan. Indonesia sebagai negeri berkomunitas terbesar di dunia dalam keseharian tidak sedikit yang memakai kemenyan pada ritual keagamaan baik ketika tahlilan, walimah dan beberapa ritual lainnya dengan tujuan untuk mengharumkan dan menghadirkan aroma yang wangi suasana setempat. Praktek kemenyan bukan hanya terjadi di negeri ini, bahkan di negeri Haramain (Mekkh-Madinah) pun tidak luput dari kemenyanisasi baik di kala pembersihan kiblat umat Islam (Ka’bah) maupun lainnya dengan tujuan untuk menghadirkan atmosfer yang wangi dan harum terlebih di rumah yang mulia tersebut.
Kemenyan

Kemenyan Masa Lalu
Kemenyan pada masa dulu sudah dipergunakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari baik untuk parfum, obat-obatan atau lainnya. Disebutkan bahwa kemenyan itu berasal dari kayu gaharu, getah pohon damar. Dulu bisnis kemenyan merupakan bisnis yang sangat menjanjikan dirute perdagangan jalur Sutra atau sering disebut Silk Road. Dulu kemenyan mempunyai nilai jual yang lebih mahal dan tinggi bahkan lebih mahal bila dibandingkan dengan emas dan intan, fenomena semacam itu terindikasi tingginya harga disebabkan permintaan oleh kalangan elit dan kaum berduit seperti para raja, konglomerat dan tokoh agama disamping banyaknya permintaan dari masyarakat sendiri.

Kegunaan dan Bentuk
Kemenyan sangat beragam jenis dan kegunaannya. Di negeri timur tengah seperti Mesir kuno kegunaan kemenyan untuk proses pembuatan Mummi. Sedangkan di negeri Yahudi Israel keumenyan dibakar dalam tempat kusus untuk melahirkan aroma yang wangi ketika memanjatkan beragam doa. Di negeri Damaskus ada sebuah tradisi pembakaran kemenyan dalam wadah yang cantik bertujuan untuk mendatangkan suasana wangi ruangan rumah dan istana. Di Negara India dan Asia Timur dan sekitarnya pembakaran keumeunyan untuk di persembahkan dikuil-kuil dalam misi peribadatan. Beranjak dari uraian diatas kemenyan itu bukanlah sesuatu yang identik dengan mistik agama dan perdukunan. Dalam bahasa arab kemenyan itu dikenal dengan nama bukhur. Dia mempunyai banyak bentuknya, ada seperti serbuk, stik. Namun bentuk stik lebih mudah dan praktis sehingga banyak diminati oleh masyarakat. Kemenyan bukan hanya berfungsi sebagai pewangi juga dalam ilmu kedokteran kemenyan itu mempunyai banyak faidahnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh salah universitas terkenal di Timur Tengah yakni Universitas King Abdul Aziz Madinah. Dalam penelitian tersebut terungkap bahwa kemenyan dapat menurutkan kolestrol jahat dan mencegah penyebaran kanker. Penelitian lain juga disebutkan bahwa kemenyan dengan kombinasi tumbuhan lain dapat meningkatkan kesehatan jantung sebagaiman dijelaskan oleh Nadia Saleh dalam penelitiannya. Namun pada masa Ibnu Sina dulu kemenyan itu berfungsi sebagai obat demam, tumor, bisul dan disentri. sedangkan dalam dunia pengobatan klasik Cina kemenyan difungsikan sebagai media untuk mengobati problema pencernaan dan kulit. Bahkan penderita arthritis di India kemenyan dijadikan sebagai solusinya di dukung oleh penelitian di laboratorium Amerika Serikat. (healthdetik.com, 2010).
Sungguh kemenyan itu sesutau yang sangat berfaidah dan bermacam jenisnya sebagaiman Syekh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyebutkan bahwa kemenyan al-hindi itu ada dua jenis. Ada yang dijadikan sebagai pengobatan, jenis tersebut berbentuk kayu gaharu dikenal dengan kayu al-kust. Namun sebagaian orang menyebut dengan huruf “qaf” bernama al-Qust. Sedangkan jenis satu lagi sebagai parfum (wewangian) dikenal dengan nama Uluwwah. (Syekh Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, kitab Zadul Ma’ad: IV: 315)

Bid’ahkah Kemenyan?
Dewasa ini slogan bid’ah,sesat dan sejenisnya sering dilontarkan terhadap praktek ibadah yang tidak ada sandaran agama baik ayat ataupun hadist. Berbicara  masalah kemenyan banyak hadist yang menyebutkan hukum berkemayan, pengobatan dan lainnya. Hal ini disebabkan kemenyan merupakan salah satu media yang menimbulkan aroma yang wangi dan Rasulullah sangat menyukai segala bentuk wewangian. Diantara hadist yang menjelaskan kemenyan tersebut yaitu:” manakala Ibnu Umar mengukup jenazah (membakar kemenyan),maka beliau mengukupnya dengan kayu gaharu yang tidak dihaluskan dan dengan kapur barus yang telah diadukkan dengan kapur barus. Lalu beliau berkata:”Beginilah metode Rasulullah Saw manakala mengukup jenazah (membakar kemenyan jenazah)”.(HR. Muslim). Bahkan Rasululah sendiri pernah berwasiat agar kain kafannya diukup:” Dari Asma binti Abu Bakar dia menyebutkan kepada keluarganya: Berilah uap kayu gaharu (ukuplah) pakaian aku apabila aku telah meninggal, taruhkan tabuth (pewangi jenazah) pada jasad aku. Janganlah kalian taburkan hanuth pada kafan aku dan juga janganlah menghampiri aku dengan membawa api”.

Batasan dalam mengukup mayit itu dianjurkan dengan bilangan ganjil (tiga kali) sebagaimana di paparkan dalam sebuah hadist, berbunyi : “Apabila kamu mengukup jenazah, maka kerjakanlah dengan jumlah tiga kali” (HR. Ahmad). Mengukup bukan hanya permasalahan berkaitan dengan kematian (jenazah) bahkan mengukup juga dianjurkan dirumah ibadah seperti masjid. Anjuran  ini di sebutkan  dalam sabda baginda nabi dalam kitab Mu’jam Al-Kabir: “..Ukuplah masjid itu pada hari perhimpunan engkau dan jadikanlah pada segala pintu itu alat-alat bersuci kamu” .( HR.Imam Thabari). Hal ini juga pernah dikerjakan oleh salah seorang sahabat nabi yang sering melakukan Bukhur (membakar kemenyan) di Mesjid Nabi Saw untuk mengharumkan masjid tersebut beliau bernama Nu’man bin Abdullah juga merupakan bekas hamba sahaya keluarga Umar bin Khattab. (Imam Adz-Dzahabi, Siyar Alam An-Nubala: V: 22).

Terdapat banyak riwayat lain yang mengupas tentang kemenyan dan berdasarkan uraian diatas bahwa pemakaian bukhur (kemenyan) bukanlah perkara bid'ah dhalalah dan perkara sesat sebagaimana yang dituduhkan oleh sebagian orang, namun merupakan sesuatu yang telah dikerjakan Rasulullah para sahabat hingga generasi selanjutnya baik untuk keharuman dan parfum maupun obat-obatan hingga hal yang religius dalam masyarakat.

Bila sahabat ingin menshare kembali artikel ini, jangan lupa disertakan link nya ya.. Terimakasih

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kemenyan Dalam Islam: Bid'ahkah atau Sunnah?"

Post a Comment