Muhammad Nafis Al-Banjari: Sang Sufi dari Martapura
Muhammad Nafis Al-banjari (Wikipedia) |
Diantara konsep Syekh Nafis dalam
mendekatkan diri kepada Allh ada beberapa metodenya, pertama,
seseorang harus memahamidengan benar esensi tauhidul af’al dimana
dalam pandangan seorang salik bahwa segala tingkah laku itu milik Allah, namun
kerja makhluk hanyalah semu yang sirna dalam af’al (perbuatan) Allah Swt
yang hakiki. Perumpamaannya laksana
lenyapnya cahaya lampu dalam pancaran cahaya matahari. Argument Syekh Nafis ini
senada dengan Syekh Ibnu ‘Arabi. Kedudukan seseorang salik (ahli ibadah) pada
maqam tauhidul af’al akan merasakan natijah (kehasilan) terhadap
perjuangan sebagai salik untuk lebih menghambakan diri kepada sang khalik. Kedua,
pada metode ini menurut Syekh Nafis bahwa seseorang yang telah mampu
berpandangan bahwa semua wujud hakiki hanyalah milik Allah. Logikanya hakikat
nama pun berpengaruh hanya ada nama ALLAH. Hal
ini dikarenakan semua yang ada di alam ini merupakan realisasi dari nama Allah
SWT. Perspektif ini sering dikenal dengan Tauhidul Asma. Interpretasi
tentang tauhidul Asma dimana seseorang memandang bahwa seluruh nama yang banyak itu semuanya
berasal dari esensi nama yang tunggal yakni Allah. Sedangkan manifestasi dari
kumpulan semua nama makhluk ini berasal dari diri Allah juga.
Syekh Muhammad Nafis Al-banjari
hidup semasa dengan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, dan beliau merupakan
tokoh penting kedua setelah Muhammad Arsyad al-Banjari. Pengaruh Syekh
Muhammad Nafis atas kaum muslimin lebih menonjol di bidang tasawuf, terutama
karena karya terkenalnya, ad-Durr an-Nafis fi Bayan wahdah al-Afg’al
al-Asma’ wa as-Sifah wa az-Zat wa at-Taqzis yang selesai ditulis di Mekah
pada 1200 H/1785 M dan beredar luas di Nusantara. Disamping itu beliau juga mengarang sebuah kitab
berisikan tentang istilah yang berkaitan dengan tasawuf bernama Kanzul
Sa’adah. Kehadiran
beliau di Kalimantan membawa sinar terang dalam Islam di daerah tersebut.
Selain itu, beliau juga diangkat menjadi mufti kesultanan Banjar.dan akhirnya
beliau meninggal dan dikuburkan di Kelua, sebuah desa yang terletak 125 KM dari
Banjarmasin, dan tidak ada tahun catatan meninggalnya.[1]
Bila sahabat ingin menshare kembali artikel ini, jangan lupa disertakan link nya ya.. Terimakasih
0 Response to "Muhammad Nafis Al-Banjari: Sang Sufi dari Martapura"
Post a Comment