Abon Aziz Samalanga (III): Sang Petuah "Beut Seumeubeut"
Setelah sekian lamanya
Abon Aziz menuntut ilmu di dayah Darussalam Labuhan Haji, Aceh Selatan dibawah
bimbingan Al-Mukarram al-Mujaddid Al-Mursyid Abuya Muda Waly Al-Khalidy yang di
kenal sangat alim dan telah teruji kealimannya dalam khazanah keilmuan dikalangan
ahli ilmu pada masa itu. Atas petunjuk dan izin Abuya Muda Waly, akhirnyaAbon
tepatnya pada tahun 1958 kembali lagi ke Samalanga untuk mengabdi di Dayah MUDI
Mesjid Raya samalanga dalam mengembangkan ilmunya.
Dalam catatan tertulis
di sebutkan pada tahun tersebut pimpinan Dayah LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga
meninggal dunia dan estafet kepemeimpinan dayah diserahkan kepada Abon Aziz.
Pada awal kepemimpinan Abon, dayah MUDItelah melakukan reformasi terhadap
kurikulum dengan penambahan beberapa disiplin ilmu seperti mantiq, ushul fiqh
dan lainnya, padahal ini belum dilakukan pada kepemimpinan sebelumnya. Tentu
saja kurikulum ini juga mengadopsi dari dayah Labuhan Haji tempat Abon
menunutut ilmu dahulunya.
Kelebihan yang dimiliki
oleh Abon dan tentu saja ini berkat didikan Abuya salah satunya,beliau sangat
disiplin dan memiliki semangat luar biasa yang terpatri dan mengalir dalam jiwa
sosok “purnama” ditengah umat itu dalam dunia “seumeubeut”(mengajar ilmu agama). Ini di buktikan
walaupun beliau kurang sehat namun saat berhadapan dengan “seumeubeut” sakit
itu hilang entah kemana perginya?
Ini sebuah ilustrasi
semangat dan keseriusan serta antusiasnya al-Mukarram dalam menempatkan dunia “Semebut”
sebagai nomor wahid dan proritas utama. Kesunguhan dan keseriusan Abon itu
menjadi petuah dan pusaka Abon yang ditanamakan dan didoktrin kepada muridnya
untuk tidak meninggalkan dua permata yang di bingkai dengan
“Buet-Seumeubeut”(belajar dan mengajar) kemanapun pergi dan status apapun dalam
masyarakat. Itu harus di prioritaskan dan dalam konteks apapun.
Berkat kepemimpinan Abon
dengan menekankan kepada “But Semeubut” telah banyak melahirkan kader ulama dan
cendikiawan serta tokoh di bawah kepemimpinan Abon. Melihat pemahaman pesan
tersebut secara kontekstual, tidak harus para alumni itu mendirikan dayah atau
balai pengajian, mereka yang mampu seumebeut, memulainya dengan seumeubiet
minimal istri, anak atau keluarga sendiri. Seumebut tidak mestidi atas
balee,namun dimanapun ruhul tarbiyah “beut seumeubut” itu harus di hidupkan dan
dalam kontek apapun. Apakah di dunia akademis, aparatur pemerintahan,pasar dan lainnya
Begitu juga mereka yang tidak mampu seumeubuet (mengajar) untuk tidak malas dan berbesar hati mengikuti pengajian (jak beut) walaupun tidak rutin.
Dalam pengajarannya, Abon sangat membenci faham menyimpang dari manhaj Aswaja seperti
Wahabiyyah sehingga beliau tidak pernah bosan dalam mengurai kesesatan faham
tersebut. Bahkan hampir setiap hari Abon menyinggung tentang kesesatan faham
tersebut untuk memberikan pemahaman kepada muridnya bahwa itu faham yang sesat.
0 Response to "Abon Aziz Samalanga (III): Sang Petuah "Beut Seumeubeut""
Post a Comment