Maqam Zikir Suluk (III): Zikir Tahlil
Tingkatan yang
kedelapan Zikir Tahlil. Maksud
dengan zikir tahlil disini adalah zikir “ الله لا اله الا”. Zikir ini merupakan zikir yang
terakhir dalam suluk. Demikianlah metode zikir tahlil ini dikerjakan
dengan sebaik-baiknya, zikir tahlil ini terbagi tujuh khatam
zikir, tiap-tiap khatam akan dihadiahkan pahala sebagai berikut:
1)
Khatam pertama dihadiahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
2) Khatam kedua dihadiyahkan pahala untuk dirinya
sendiri.
3) Khatam ketiga dihadiahkan pahala kepada ibu
bapak.
4) Khatam keempat dihadiahkan pahala kepada Syekh
Muhammad Thahir dan Syekh Muhammad
Jamil, dan ibu bapak keduanya.
5) Khatam kelima dihadiyahkan pahala kepada Syekh Muhammad Waly, Abuya
Muhibbudin Waly dan Kyai Jamaluddin Waly.
6) Khatam keenam dihadiyahkan pahala untuk imam
tarekat yang masyhur dengan nama Bahauddin Naqsyabandi.
7) Khatam ketujuh dihadiyahkan kepada Syekh Abi
Yaziz al-Bustami al-Taifuri dan seluruh syekh-syekh tarekat. [1]
Proses melakukan zikir ini terserah kepada orang yang
melakukannya, baik dilakukan secara duduk, ini merupakan sebagai syaratnya
dalam tarekat ini, namun bila tidak mampu duduk dibolehkan sesuai dengan
kondisi asalkan syarat dan adabnya bisa dipelihara. Setelah melakukan 7 maqam
(tingkatan) zikir ini maka telah selesai pula zikir-zikir yang dikerjakan dalam
amalan suluk.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwasanya zikir
itu merupakan amalan pokok yang paling mendasar dari amalan suluk di dalam
Tarekat Naqsybandiyah.
a. Adab-Adab Berzikir
Dalam Amalan Suluk
Di
dalam amalan suluk ada juga adab-adab yang berkaitan dengan perilaku, baik hati
maupun jasmani seorang salik sampai selesai suluk. Adab tersebut dapat
diringkas sebagai berikut:
1)
Niat ikhlas dalam hati untuk melaksanakan suluk.
2)
Memperoleh izin dari mursyid yang akan membimbing
suluk.
3)
Menyukai suluk dan mengikutinya atas kehendak
sendiri dan tidak terpaksa.
4)
Berharap pada mursyid agar mendoakannya.
5)
Mendahulukan kaki kanan saat masuk ke tempat suluk
dan shalat sunat dua rakaat.
6)
Menjaga Wudhu.
7)
Jangan berniat mengikuti suluk untuk mencari
keramat.
8)
Duduk di tempat gelap atau remang.
9)
Tidak duduk bersandar.
10) Puasa di setiap siang
hari selama suluk.
11) Yakin dalam hati
bahwa suluk dapat mengobati hati.
12) Selalu mengingat
mursyid dengan membayangkan wajahnya.
13) Tidak berbicara
dengan orang lain, kecuali sangat diperlukan.
14) Tidak boleh ada
kebisingan dan kegaduhan.
15) Selalau salat
berjamaah.
16) Menjaga tiga musuh;
syaitan, nafsu dan dunia.
17) Tetap menutup kepala
saat keluar dari tempat suluk.
18) Bersikap pertengahan
dalam segaalnya, termasuk dalam makanan. Maka dalam suluk dilarang makan daging
atau sesuatu yang berdarah. Sebab ini dapat menyebabkan malas dan kantuk dalam
berzikir.
19) Menjaga hati tetap
konsentrasi.
20) Selalu bertaubat
dalam hati.
21) Mengamalkan zikir tawajuh
khusus (zikir yang telah ditetapkan).
22) Jangan
mengingat-ingat lama waktu suluknya.
Seorang
salik (orang bersuluk) harus konsisten dan disiplin dalam mengamalkan adab-adab
amalan suluk merupakan kunci dalam mencapai kesempurnaan amalan suluk. Kalau
peserta amalan suluk tidak disiplin atau tidak serius mengamalkan apa yang
telah ditetapkan tersebut, maka kemungkinan suluk yang ia jalani hanya akan
menjadi fomalitas saja yang tidak memberi bekas dan pengaruh apapun dalam
hatinya. Untuk itu pengikut amalan suluk juga dibekali dengan pengetahuan agama
dan pengajaran tentang suluk oleh mursyid. Faktor lain yang sangat penting
dipraktekkan seorang pengikut keseriusan dan ketekunan dalam melakukan ibadah
sunat seperti shalat isyraq, dhuha, witir, tadarus al-Quran
serta melaksanakan salat Qadha.[2]
[1]
Jamaluddin Waly, Paduan Zikir dan Doa Bersama, buku ke VI, (Banda
Aceh: Majlis Zikir al-Waliyah), h. 1-29.
[2]
Sehat Ihsan .., Tasawuf Aceh…, h. 161.
0 Response to "Maqam Zikir Suluk (III): Zikir Tahlil"
Post a Comment