Bulan Syakban (III): Nisfu Syakban Dalam Pandangan Imam Ghazali

Kini Syakban terus berotasi, kita sebagai umat nabi Muhammad Saw, hendaknya keberkahan dan kelebihan bulan Syakban ini dapat kita raih dan mengisinya dengan bermacam ibadah, terlebih kesempatan emas ini, sering banyak orang yang melupakannya. Kita berusaha untuk menghidupkan syiar dan dakwah itu dengan beraneka ragam dan cara. Fenomena lalainya manusia di bulan ini telah di abadikan oleh baginda Rasulullah Saw dalam haidistnya berbunyi:“Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.’” (H.R. An Nasa’i, Ahmad).


Salah satu malam yang berkah dan menjadi penantian umat Islam yakni malam nisfu Syakban atau dalam pandangan masyarakat Aceh, malam tersebut sering menyebutkan dengan malam “beureuat”.

Dalam perspektif Hujjatul Islam Imam Ghazali, beliau  mengistilahkan malam “Nisfu Sya’ban” sebagai malam yang penuh dengan syafaat (pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan Sya’ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Sedangkan pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun.

Fenomena tersebut disebabkan pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT. Para ulama menyatakan bahwa NisfuSya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang shaleh. Dengan demikian, kita sebagai umat Islam semestinya tidak melupakan begitu saja, bahwa bulan sya’ban adalah bulan yang mulia.


Satu hal yang harus diperhatikan bahwa bulan Sya’ban merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan suci Ramadhan. Beranjak dari sini, umat Islam dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan mempertebal keimanan dan memanjatkan doa dengan penuh kekhusyukan. Barang siapa yang mengagungkan bulan Sya’ban, bertakwa kepada Allah dan taat kepada-Nya, serta menahan diri dari perbuatan maksiat, maka Allah SWT mengampuni dosanya dan menyelamatkannya pada tahun itu dari segala macam bencana, dan dari bermacam-macam penyakit. Hendaknya kesempatan ini kita masih di beri kesehatan dan umur untuk mengisi diri dengan ibadah horizontal dan vertical.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bulan Syakban (III): Nisfu Syakban Dalam Pandangan Imam Ghazali"

Post a Comment